My First Gaming Mouse! Armaggeddon Grumman Raven-III
Usia udah kepala 3 baru bisa beli mouse gaming? Ya, namanya rejeki, hehe. Oke, enggak usah kebanyakan curcol, inilah kesan saya pada Armaggeddon Grumman Raven-III.
Sampe rumah, di pake, kok empuk-empuk enak gimana gitu ya. Suaranya halus, enggak se 'kliki' sebelumnya. Untuk ngetiknya mantap, walau rasanya agak terlalu empuk, jadi suka tertekan kalo tangan lagi istirahat di atas keyboad. Yah, intinya dengan harga paling murah, label 'gaming' ini ternyata membawa kualitas yang lebih baik.
Nah, waktu cari mouse, juga persis sama dengan pemilihan keyboard gaming pertama itu. Setelah menelusur, balik lagi pilihanya ke dua merek di atas, antara Rexus yang sering lihat iklan-nya, atau Armaggeddon yang sudah pernah pake. Bedanya, sekarang statusnya sudah pernah nyobain produk berlabel 'gaming' dengan merek Armaggeddon, jadi malah takut kalo pake Rexus malah enggak dapet feel-nya.
Armaggeddon
Pertama kali kenal sama label Armaggeddon ini waktu beli keyboard. Waktu itu beli keyboard buat di rumah, beli yang berlabel 'gaming' tapi tanpa label. Entah kenapa desain keyboard-nya waktu itu seperti keyboard mechanic, tapi ya enggak mungkin mekanik dengan harga enggak sampe 100 ribu. Rasanya? Lumayan, enak buat ngetik, tapi enggak butuh waktu lama bikin keyboard itu mulai ngetik sendiri. Jadi misal tombol dipencet sekali, langsung kepencet dua kali, mengganggu lah kalo dipake buat ngetik.
Nah, waktu mau beli lagi, karena ternyata perangkat berlabel 'gaming' ini enak dipake, baru cari brand yang enggak terlalu mahal. Pilihanya waktu itu udah hampir yakin banget mau beli Rexus. Iklanya kebetulan banyak bersliweran di salah satu channel yang saya ikuti. Tapi entah kenapa belum fix banget, masih lihat-lihat yang lain ke beberapa label kenamaan lain. Waktu itu tergoda mekanik, tapi engak ada dana-nya buat beli.
Setelah menelusur dua tempat belanja, Shopee dan Tokopedia, tiba-tiba nyemplung di toko Armaggeddon ini. Harganya juga lumayan murah, sedikit lebih murah dari Rexus. Lumayan lah, hemat ongkos kirim juga, jadi pilih lah keyboard Armaggedon yang tentunya masih menggunakan membran. Enggak banyak berharap sih waktu itu, seenggaknya kualitasnya diharapkan setidaknya sama dengan yang sebelumnya tidak berlabel atau bermerek itu.
Sumber : Bukalapak |
Armaggeddon Grumman Raven-III
Nah, waktu cari mouse, juga persis sama dengan pemilihan keyboard gaming pertama itu. Setelah menelusur, balik lagi pilihanya ke dua merek di atas, antara Rexus yang sering lihat iklan-nya, atau Armaggeddon yang sudah pernah pake. Bedanya, sekarang statusnya sudah pernah nyobain produk berlabel 'gaming' dengan merek Armaggeddon, jadi malah takut kalo pake Rexus malah enggak dapet feel-nya.
Waktu itu pilihan jatuh di Armaggeddon Grumman Raven-III silent dan Rexus Xierra X-8. Harganya, enggak terlalu jauh, lebih mahal 10 ribu Rexus-nya. Harusnya cuma lebih mahal 10 ribu, sering lihat iklan-nya, kenapa enggak Rexus aja? Ternyata karena sudah pernah pakai merek yang sama sebelumnya, jadi seperti ada ikatan engan Armaggeddon. Seperti sudah bisa dijamin kalau saya beli label yang itu, ya saya akan mendapat kepuasan yang sama walau produknya berbeda. Jadi dipilihlah Grumman Raven-III Silent.
Lucunya, saya baru ngeh ada tulisan 'silent' ini setelah pesanan dibayar dan dikirim. Sampe rumah di cobain, ternyata silent beneran. Tapi, sayangnya yang silent cuma klik kanan dan kiri-nya aja. Tombol CPI, klik scroll dan dua tombol tambahan di samping kiri enggak silent, masih kliki.
Tombol CPI
Dari mouse ini juga saya dapat pengetahuan fitur baru dari sebuah mouse, yaitu tombol CPI atau DPI. Tombol ini fungsinya merubah sensitivitas mouse. Dari 800 hingga 6400 Count per Inch. Artinya kursor akan bergeser seberapa banyak dalam setiap 1 inci. Kalo 800, artinya dari ujung display ke ujung lainya, membutuhkan lebih banyak pergerakan mouse. Sementara kalau yang paling besar, 6400, artinya cukup geser sedikit, kursor langsung pindah ke tempat yang jauh. Nah, fungsinya gimana sih?
Kalo di gaming, fungsi CPI rendah ini berguna saat main First Person Shooting dan sedang berperan sebagai penembak jitu dengan tempat yang luas, seperti PUBG, Apex Legend, atau yang lainya yang mapnya besar. Sementara kalau CPI tinggi, bisa dipakai pada map yang lebih kecil, misalnya menggunakan senjata laras pendek di dalam gedung. Enggak perlu setel sensitivitas mouse, tinggal klik, sensitivitas-nya berubah.
Nah, waktu produktif juga bisa dipake CPI ini, misalnya sedang mendesain yang detil, bisa gunakan CPI rendah. Snap video, menghaluskan gambar di editor foto atau saat sedang membuat model 3 dimensi. Setelah selesai yang detil, ubah lagi ke CPI tinggi agar tangan tidak perlu jauh-jauh menggeser mouse untuk menuju menu di kiri atas kemduian melompat ke tools di kanan bawah.
Tentu perlu penyesuaian, tapi kalau sudah terbiasa jadi lebih mudah. Apalagi indikator CPI-nya menggunakan lampu LED, jadi ketahuan sekarang lagi ada di posisi CPI berapa. Yah, saya juga enggak hapal sih, tapi yang saya hapal cuma CPI terendah ada di hijau dan kuning yang paling tinggi. Kalo di klik tombol CPI, mode CPI akan berubah dari yang paling rendah ke paling rendah, kemudian kembali ke paling rendah dan bertahap lagi ke yang lebih tinggi.
Kesimuplan
Pemasaran yang bisa nyangkut ke saya adalah yang berhubungan dengan brand atau merek. Jadi klo sudah terhubung dengan merek, klo harga mirip-mirip, saya pilih yang sudah pernah saya pakai. Tentu tidak menutup kemungkinan kalo ada yang lebih baik, lebih murah, ya pindah ke merek lain, hehe.
Tentang Grumman Raven-III
Untuk saya yang belum berpengalaman dengan mouse bagus, yang ini sudah cukup. Fitur 6 mode CPI-nya sudah cukup membuat saya senang, enggak perlu ganti sensitivitas mouse, tinggal 1 klik, bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Lagi pengen main war thunder pesawat, klik CPI sampe warna LED jadi biru. Lagi main tank, klik CPI sampe LED hijau.
Dari bobot-nya, cukup. Enggak terlalu berat atau terlalu enteng. Sementara dari sensornya, belum pernah nyobain di permukaan lain, masih di tatakan mouse gratisan dari Grumman Raven-III-nya. Nah, kalo kliknya ini, waktu buat main DOTA 2 agak aneh rasanya. Travelnya kurang tinggi kali ya? Untuk dimensi, kalau dimensinya dibuat agak lebih besar, sepertinya akan lebih nyaman.
Komentar
Posting Komentar